DOAKU....

"Wahai Tuhanku, lapangkanlah bagiku dadaku; dan mudahkanlah bagiku tugasku; dan lepaskanlah simpulan dari lidahku, dan kurniakanlah aku ilham dari sisi-Mu agar apa yang ku kongsikan di sini terletak dalam redha-Mu; dan peliharalah penulisan ini, serta si penulisnya, juga pembacanya agar kami sentiasa taat pada perintahMu dan tidak gentar dalam menegakkan agama-Mu."

Sunday 14 October 2012

4 Anugerah Allah Untuk Umat Muhammad Yang Berdosa

4 Anugerah Allah Untuk Umat Muhammad Yang Berdosa

Allah memiliki sifat-sifat yang mulia. Sifat-sifat Allah tersebut dikenal dengan Asmaul Husna, salah satunya Al-Wahhab (Maha Pemberi Anugerah).

Tanpa melihat status sosial, suku, tingkat materi, jenjang pendidikan, agama, Allah tunjukkan sifat kasih dan sayangnya kepada semua makhluk hidup di muka bumi.

Sang pemberi anugerah ini senantiasa melimpahkan nikmat-Nya tak hanya bagi para ahli ibadah namun juga untuk ahli maksiat.

Ya, Kendati banyak manusia yang berbuat dosa, karena sifat Rahman dan Rahim-Nya, Allah tidak ‘membenci’ orang-orang yang mengotori dirinya dengan dosa—jika mereka mau kembali, membersihkan diri, melakukan perbaikan, juga berjanji setia dengan Allah bahwa takkan pernah mengulangi dosa yang senada.

Dalam Surah An-Nisaa ayat 27 dan 28, Allah Swt berfirman: “Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”

Sa’ad bin Hilal pernah berkata, “Bila manusia (umat Muhammad SAW) berbuat dosa, maka Allah tetap memberikan empat anugerah padanya, yaitu:

Pertama, ia tidak terhalang untuk mendapatkan rezeki.
Kedua, ia tidak terhalang untuk mendapatkan kesehatan badan.
Ketiga, Allah tidak akan memperlihatkan dosanya selama di dunia.
Keempat, Allah tidak serta-merta mengazabnya.

Keempat ‘anugerah’ ini semestinya betul-betul disadari oleh kita—makhluk yang sering terperdaya untuk melakukan dosa, agar malu di hadapan Allah.
Malu karena memakan nikmat Allah, tapi shalat tak kunjung khusyuk.
Malu karena merasakan nikmat Allah tapi ibadah pas-pasan
Malu telah mendapatkan fasilitas gratis dari Allah—penglihatan, pendengaran, hati, harta, jabatan, pasangan hidup—tapi posisi di hadapan Allah belum jelas. Hamba-Nya kah? Atau sekedar makhluk-Nya? Atau keduanya? Yang harus kita sadari bersama ialah bahwa tugas kita sebagai khalifah di bumi hanyalah untuk beribadah.

“Dan tiada kuciptakan jin dan manusia, selain untuk beribadah kepadaKu.” (Qs Adz-Zariyat: 56).

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa kita harus berlomba-lomba mencari perhatian Allah, mencari posisi strategis di hadapan Allah, mencari dan mengejar cinta-Nya—bukan mencari itu semua pada selainNya yang berakhir kefanaan.

Diriwayatkan bahwa Nabi Adam AS telah berkata, “Allah memberikan empat macam kemuliaan kepada umat Muhammad yang tidak Allah berikan kepadaku, yaitu:

1. Allah menerima taubatku di Makkah, sedangkan umat Muhammad diterima taubatnya—dimana pun ia berada.

2. Ketika aku melakukan dosa, Allah menghilangkan pakaianku seketika, sedangkan umat Muhammad tetap diberi pakaian meskipun durhaka pada Allah.

3. Ketika aku berbuat dosa, Allah pisahkan aku dengan istriku, sedangkan umat Muhammad ketika ia berbuat dosa—tidak dipisahkan oleh istrinya.

4. Aku berbuat dosa di surga, lalu Allah mengusirku dari surga ke dunia, sedangkan umat Muhammad yang berbuat dosa di luar surga, lalu Allah memasukkan mereka ke surga bila mereka mau bertaubat.

Itulah empat keutamaan umat Nabi Muhammad SAW yang manusia pertama saja tidak mendapatkannya. Marilah bersama perbaiki diri agar kita layak mendapatkan nikmat Allah. Wallahu a’lam.

Keistimewaan Ilmu

Keistimewaan Ilmu

Pernah Rasulullah SAW bersabda, “Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya.”

Pernyataan Rasulullah ini menimbulkan perasaan dengki kaum khawarij kpd Ali bin Abi Thalib. 10 org dari mereka kemudian berencana menguji Ali dgn sebuah pertanyaan yg sama. Jika Ali bisa menjwb pertanyaan itu dgn jawaban yg berbeda2, baru mereka akan percaya pada hadits nabi SAW di atas. Lalu masing2 dari mereka menemui Ali dan mengajukan pertanyaan, “Wahai Ali, lebih istimewa mana antara ilmu dan harta?”


Dgn tenang namun tangkas, Ali bin Abi Thalib menjwb kesepuluh pertanyaan itu dgn jawaban yg berbeda2 disertai dgn alasannya:

“Pertama, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Haman dan Fir’aun.

Kedua, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu selalu menjagamu, sedangkan harta, engkaulah yg harus menjaganya.

Ketiga, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab org berilmu akan memiliki byk kwn, sedang org kaya byk musuhnya.

Keempat, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu bila dibagikan akan bertambah, sedangkan harta bila dibagikan akan berkurang.

Kelima, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab org berilmu dipanggil dgn sebutan mulia, sedang org berharta dipanggil dgn sebutan hina.

Keenam, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu tidak perlu dijaga, sedang harta minta dijaga.

Ketujuh, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab org berilmu di hari kiamat dpt memberi syafa’at, sedangkan org berharta di hari kiamat akan dihisab dgn sangat berat.

Kedelapan, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu jika dibiarkan tidak akan pernah rusak, sedang harta jika dibiarkan pasti akan berkurang (bahkan habis dimakan)

Kesembilan, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab ilmu menerangi hati, sedangkan harta bisa merusak hati (karena menyebabkan sifat kikir, takabur, dll).

Kesepuluh, ilmu lebih istimewa dari harta. Sebab org berilmu bersifat lemah lembut dan selalu taat kpd Allah, sedang org berharta seringkali bersifat takabur dan ingkar kpd Allah.”

Sepuluh org khawarij yg bertanya itu justru kemudian ditantang oleh Ali bin Abi Thalib, “Seandainya seluruh kaum kalian datang dan mengajukan pertanyaan yg sama tentang istimewa mana ilmu dibanding harta, tentu aku akan menjwb seluruhnya dgn alasan yg berbeda selagi aku masih hidup.” Akhirnya org2 khawarij itu mengakui ketinggian ilmu Ali bin Abi Thalib.

6 Wasiat Umar al Khattab

6 Wasiat Umar al Khattab

Suatu hari Umar Bin Khattab r.a. bertutur kpd sebahagian sahabatnya; "Aku berwasiat kpdmu enam perkara :

1-Jika engkau menemukan cela pada seseorg dan engkau mahu mencacinya, maka cacilah dirimu. Kerana, celamu lebih byk darinya.

2-Bila engkau hendak memusuhi seseorg, maka musuhilah dahulu perutmu. Kerana, tidak ada musuh yg lebih berbahaya terhadapmu selain perut.

3-Bila engkau hendak memuji seseorg, pujilah ALLAH swt! Kerana, tiada seorg manusia pun lebih byk dlm memberi kpdmu dan lebih santun lembut kpdmu selain DIA.

4-Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab, andaikata engkau meninggalkannya, bererti engkau terpuji.

5-Bila engkau bersiap2 utk sesuatu, maka bersiaplah utk mati. Kerana,jika engkau tidak bersiap utk mati, engkau akan menderita, rugi penuh penyesalan.

6-Bilamana engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah Akhirat. Kerana, engkau tak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya."

KISAH YANG BOLEH ANDA BACA....DAN HAYATINYA

KISAH YANG WAJIB ANDA BACA : HAMPIR MENGGADAI SEBUAH KEIMANAN HANYA KERANA 20 SEN.. :)

Ini adalah sebuah cerita yang boleh kita ambil sebagai tauladan. Jika tidak keberatan, jom baca.

Beberapa tahun dahulu, ada seorang Imam yang berasal dari Thailand telah dipanggil ke Malaysia untuk menjadi Imam tetap di sebuah masjid di Malaysia. Telah menjadi kebiasaan baginya menaiki bas untuk pergi ke masjid. Pada suatu hari, selepas Imam membayar tambang dan duduk di dalam bas, dia tersedar yang pemandu bas tersebut telah memulangkan wang baki yang lebih daripada sepatutnya sebanyak 20 sen.

Sepanjang perjalanan Imam memikirkan tentang wang 20 sen tersebut. “Perlukah aku memulangkan 20 sen ni?” Imam bertanya kepada dirinya. “Ah… syarikat bas ni dah kaya… setakat 20 sen ni… nak beli tosei pun tak cukup,” kata Imam.

Apabila tiba di hadapan masjid, Imam menekan loceng dan bas tersebut pun berhenti. Ketika Imam ingin turun sahaja daripada bas, tiba-tiba seakan-akan dirinya secara automatik berhenti dan berpaling ke arah pemandu bas sambil memulangkan wang 20 sen. “Tadi kamu beri saya wang baki terlebih 20 sen,” kata Imam kepada pemandu bas.

“Ohhh…!!! Terima kasih!!! Kenapa awak pulangkan 20 sen ni… kan sedikit je nilainya,” kata pemandu bas. Imam menjawab, “Wang tersebut bukan milik saya, sebagai seorang muslim saya wajib berlaku jujur.” Pemandu bas tersenyum, dan berkata, “Sebenarnya saya sengaja memberi wang baki yang lebih sebanyak 20 sen ni, saya nak uji kejujuran kamu wahai Imam. Saya sudah berkali-kali berfikir untuk memeluk Islam.”

Imam turun dari bas dan seluruh jasadnya menggigil dan kesejukan. Imam berdoa sambil menadah tangan, “Astaghfirullah!!! Ampunkan daku Ya Allah… Aku hampir-hampir menjual harga sebuah Iman dengan 20 sen!!!

Sahabat-sahabatku sekalian… Apa yang anda dapat daripada peristiwa di atas? Ingatlah… Kita mungkin tidak melihat dan tahu kesan tindakan kita terhadap orang lain. Kadang-kadang manusia akan menganggap kita sebagai ‘tingkap’ untuk melihat ke dalam dunia Islam.

Sesungguhnya pada diri Rasulullah s.a.w. itu terdapat contoh teladan yang baik.

Jamuan Kesyukuran di atas kejayaan KVKT






Audit Oleh MPC 27.09.2012











Pra Audit Oleh MPC